Wewangian kematian berhamburan di sepanjang jalan yang dilewati tentara Kwantung dari Manchuria hingga ke Shanghai. Pada pertengahan November 1937, teror kesatuan militer Jepang itu kian mendekati pintu gerbang kota Nanking, basis utama pemerintah nasionalis Cina. Perselisihan www.goodtune.io antara Jepang dan Cina kian meruncing semenjak menjelang paruh pertama tahun 1930-an. Dikala itu, militer Jepang di Manchuria merekayasa pengeboman dekat jalanan kereta api yang diketahui dengan nama Insiden Mukden.
Tragedi Tragis Nanjing
Momen ini menyudutkan pemerintah nasionalis Cina daftar slot88 yang kemudian melahirkan krisis Manchuria. Pendudukan Jepang di Manchuria diwarnai dengan penghancuran sistematis dan menghilangkan nyawa orang lain kepada sejumlah panglima perang lokal. Negara-negara Barat, terutamanya Amerika, mengkritik habis-habisan operasi militer Jepang itu dalam sebuah nota tertanggal 22 September 1931 sebagai perbuatan yang telah mengarah terhadap peperangan.
Agresi militer ke Manchuria pula yang membikin Jepang menjadi lebih agresif sampai melahirkan sikap permusuhan yang ekstrem. Hal ini kemudian menjadi pemicu pembantaian Nanking yang berawal pada 13 Desember 1937, pas hari ini 82 tahun silam.
Budak Seks Jepang
Telah hampir satu abad semenjak wanita pertama dipaksa menjadi budak seksual bagi tentara kekaisaran Jepang, tragedi itu konsisten menyakitkan dan memecah belah secara politik di Jepang dan negara-negara yang pernah didudukinya. Diperkirakan, 90 persen ‘wanita penghibur’ tak selamat dari perang.
Padahal rumah bordil militer Jepang ada semenjak 1932, mereka berkembang luas sesudah salah satu insiden paling familiar dalam upaya Jepang mengambil alih China: Perkosaan Nanking.
Pada 13 Desember 1937, pasukan Jepang mengawali Sbobet Online Indonesia pembantaian selama enam pekan yang pada dasarnya menghancurkan Kota Nanking di China. Sepanjang jalan, pasukan Jepang memperkosa antara 20.000 dan 80.000 wanita China.
Perkosaan massal itu mengerikan dunia, dan Kaisar Hirohito kuatir dengan pengaruhnya kepada citra Jepang. Sebagai sejarawan peraturan Carmen M. Agibaynotes, dia memerintahkan militer untuk memperluas apa yang disebut “Comfort Station” atau rumah pelacuran militer, dalam upaya untuk slot terpercaya mencegah kekejaman lebih lanjut, mengurangi penyakit menular seksual dan memutuskan klasifikasi pelacur yang stabil dan terisolasi untuk memuaskan impian seksual prajurit Jepang.
Komentar Terbaru